Materi Yadnya Dalam Ramayana

Materi Yadnya Dalam Ramayana
Rabu, 02 September 2020
Agama Hindu
Materi Yadnya Dalam Ramayana
Materi Yadnya Dalam Ramayana

Hai, pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai materi Yadnya dalam kisah Ramayana. Ini adalah materi yang diajarkan di kelas 10 untuk SMA dan SMK. Yuk langsung saja ke materinya!



Pengertian Yajna

Menurut etimologi kata Yajna berasal dari kata yaj yang artinya memuja atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci.

Dalam Rgveda VIII, 40. 4. artinya pengorbanan atau persembahan. Yajna merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan untuk melakukan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan didalamnya mengandung unsur:

  • Karya (perbuatan)
  • Sreya (ketulus ikhlasan)
  • Budhi (kesadaran)
  • Bhakti (persembahan)

Arti Yajna yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus. Yajamana artinya orang yang melakukan atau melaksanakan yajna, sedangkan Yajus berarti aturan tentang Yajna.

Segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada Tuhan dengan penuh kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan perilaku yang tulus demi kesejahteraan alam semesta disebut dengan yajna.

Dasar Pelaksanaan Yajna

Latar belakang manusia untuk melakukan yajna adalah adanya Rna (hutang). Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia hidup memiliki tiga jenis hutang yang disebut dengan Tri Rna. Tri Rna tersebut diantaranya:

  1. Dewa Rna yaitu hutang yang ada dan harus dibayar kepada Sang Hyang Widhi dan para dewa-dewa. Hutang ini ada karena kita adalah ciptaan Sang Hyang Widhi dan beliau pula lah yang menciptakan alam semesta ini dengan cara yajna sebagaimana yang diuraikan dalam kitab Bhagawad Gita. Cara untuk membalas hutang ini dapat dilakukan dengan cara yajna dan cara yang lain seperti : bersembahyang Tri Sandhya, melakukan odalan di pura dll.
  2. Rsi Rna yaitu hutang yang ada dan harus dibayar kepada para maha Rsi yang telah menyebarkan ilmu pengetahuan.
  3. Pitra Rna yaitu hutang kepada para leluhur dan orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita.

Dari Tri Rna kemudian menimbulkan Panca Yajna yaitu Dewa Rna menimbulkan deva yajna dan bhuta yajna, dan Rsi Rna menimbulkan Rsi Yajna, dan dari Pitra Rna menimbulkan Pitra Yajna dan Manusa Yajna.

Satyaṁ bṛhadṛtamugra dīkṣā tapo brahma Yajñaḥ pṛthīviṁ dhārayanti, sā no bhutāsya bhavy asya patyuruṁ lokaṁ pṛthivī naḥ kṛṇotu

(Atharvaveda XII.1.1)

Terjemahan:

Sesungguhnya kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh dan suci (rta), diksa, tapa brata, Brahma dan juga Yajña yang menegakkan dunia semoga dunia ini, ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang lega bagi kami.

Saha Yajñaḥ prajāḥ sṣṛtvā Puro’vāca prajāpatiḥ aneṇa prasaviṣyadhvam eṣa vo ‘stv iṣṭa kāmandhuk

(Bhagavadgītā III.10)

Terjemahan:

Pada jaman dahulu kala Prajāpati menciptakan manusia dengan Yajña dan bersabda: “Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kāmandhuk dari keinginanmu”.


Bagian-bagian Yajna

Bagian-bagian dari Panca Yajna adalah sebagai berikut:

  1. Dewa Yajna artinya suatu persembahan atau korban suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya
  2. Rsi Yajna adalah suatu upacara yajna berupa karya suci keagamaan yang ditujukan kepada para Maha Rsi, Orang Suci, Rsi, Pinandita, Guru dan yang ada hubungannya dengan orang suci agama Hindu
  3. Pitra Yajna artinya suatu korban suci atau persembahan suci kepada roh, leluhur (pitra) dan orang tua yang masih hidup dengan menghormati dan mengenang jasanya
  4. Manusa Yajna adalah suatu korban suci atau persembahan suci demi kesempurnaan hidup manusia selama hidupnya
  5. Bhuta Yajna adalah suatu korban suci atau pengorbanan suci kepada sarwa Bhuta atau makhluk-makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) atau tidak terlihat (niskala), hewan atau binatang, tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi Wasa

Contoh-contoh Yajna

Dravya-yajñāna tapo-yajñā yoga-yajñās tathāpare, Svādhyāya-jñāna-Yajñas ca yatayah saṁśita-vratāh.

(Bhagavadgītā IV.28.)

Terjemahan:

Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa di antara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya. Sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaan yang keras, dengan berlatih yoga kebathinan terdiri atas delapan bagian, atau dengan mempelajari Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani.

Ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.

(Bhagavadgītā IV.11.)

Terjemahan:

‛Sejauhmana orang menyerahkan diri kepadaku, aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu, semua orang menempuh jalanku, dalam segala hal, Wahai putra Pārtha’.

Berdasarkan waktu pelaksanaanya Yajña dapat dibedakan menjadi:

1. Nityᾱ Yajña

Nityᾱ Yajña yaitu Yajña yang dilaksanakan setiap hari seperti halnya:

  1. Tri Sandhya
  2. Tri Sandhya adalah merupakan bentuk Yajña yang dilaksanakan setiap hari, dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, dan sore hari. Tujuannya adalah untuk memuja kemahakuasaan Hyang Widhi, mohon anugerah keselamatan, mohon pengampunan atas kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.

  3. Yajña Śeṣa/masaiban/ngejot
  4. Mesaiban/ngejot adalah Yajña yang dilakukan ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan terima kasih atas segala anugerah yang telah dilimpahkan kepada kita.

    Dalam sastra suci Agama Hindu disebutkan sebagai berikut:

    Yajña-śṡṣṭaśinah santo mucyantesarva-kilbiṣaiḥ,
    Bhuñjate te tv agham pāpā pacanty ātma-kāraņāt.

    Terjemahan:

    Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa,
    Karena mereka makan makanan yang dipersembahkan
    Terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang hanya
    menyiapkan makanan untuk menikmati indriya-indriya
    Pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja

  5. Jñāna Yajña
  6. Jñāna Yajña adalah merupakan Yajña dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses belajar dan mengajar.


2. Naimittika Yajña

Naimittika Yajña adalah Yajña yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwal, dasar perhitungan adalah:

  1. Berdasarkan perhitungan wara, perpaduan antara Tri Wara dengan Pañca Wara. Contohnya: Kajeng kliwon. Perpaduan antara Pañca Wara dengan Sapta Wara.
  2. Berdasarkan penghitungan Wuku. Contohnya: Galungan, Pagerwesi, Saraswati, Kuningan.
  3. Berdasarkan atas penghitungan Sasih. Contohnya: Purnama, Tilem, Nyepi, Śiwa Rātri.

3. Insidental

Secara kwantitas Yajña dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Kanista, artinya Yajña tingkatan yang kecil. Tingkatan kanista ini dapat dibagi menjadi tiga lagi:

  1. Kaniṣtaning Niṣṭa adalah terkecil di antara yang kecil.
  2. Madhyaning Niṣṭa adalah sedang di antara yang kecil.
  3. Utamaning Niṣṭa adalah tersebar di antara yang kecil.

b. Madhya, artinya sedang, yang terdiri atas tiga tingkatan:

  1. Niṣṭaning Madhya adalah terkecil di antara yang sedang.
  2. Madhyaning Madhya adalah sedang di antara yang menengah.
  3. Utamaning Madhya adalah terbesar di antara yang sedang.

c. Utama, artinya besar, yang terdiri atas tiga tingkatan:

  1. Niṣṭaning Utama artinya terkecil di antara yang besar
  2. Madhyaning Utama artinya sedang di antara yang besar.
  3. Utamaning Utama artinya yang paling besar.

Aphalākāṅkṣibhir yajño vidhi-dṛṣṭo ya ijyante, yaṣṭaavyam eveti manaḥ samādhāya sa sāttvikaḥ.

(Bhagavadgitā XVII.II.)

Terjemahan:

ʻDi antara korban-korban suci korban suci yang dilakukan menurut kitab suci, karena kewajiban yang dilaksanakan oleh orang yang tidak mengharapkan pamrih, adalah korban suci dalam sifat kebaikanʼ.

Abhisandhāya tu phalaṁ dambhārtam api caiva yat, Ijyante bharata-śreṣṭha taṁ Yajñaṁ viddhi rājasam.

( Bhagavadgītā XVII.12.)

Terjemahan:

Tetapi hendaknya kalian mengetahui bahwa, korban suci yang diakukan demi suatu keuntungan material, atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersīfat nafsu, wahai yang paling utama di antara para Bharat

Vidhi-hīnam asṛṣṭānnaṁ mantra-hīnaṁ adakṣiṇam, Śraddhā-virahitaṁ Yajñaṁ tāmasaṁparicakṣate.

(Bhagavadgītā XVII.13.)

Terjemahan:

Korban suci apapun yang dilakukan tanpa mempedulikan petunjuk kitab suci, tanpa membagikan praŝadam (makanan rohani). Tanpa mengucapkan mantra-mantra Veda, tanpa memberi sumbangan kepada para pendeta dan tanpa kepercayaan dianggap korban suci dalam sifat kebodohan’


Pada ŝloka di atas menjelaskan ada tiga pembagian Yajña dilihat dari kualitasnya yaitu:

  1. Tāmasika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk śāstra, mantra, kidung suci, dakṣiṇa dan ŝraddhā.
  2. Rājasika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya dan bersīfat pamer.
  3. Sāttwika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan berdasarkan śraddhā, lascarya, śāstra agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmita.

Untuk mewujudkan pelaksanaan Yajña yang sāttwika, ada tujuh syarat yang wajib untuk dilaksanakan sebagai berikut:

  1. Śraddhā artinya melaksanakan Yajña dengan penuh keyakinan.
  2. Lascarya artinya melaksanakan Yajña dengan penuh keikhlasan.
  3. Śāstra yaitu melaksanakan Yajña dengan berdasarkan sumber śāstra yaitu śruti, smŗti, śila, ācāra, ātmanastuṣṭi.
  4. Dakṣiṇa adalah pelaksanaan Yajña dengan sarana upacara (benda atau uang).
  5. Mantra dan Gītā adalah pelaksanaan Yajña dengan Mantra dan melantunkan lagu-lagu suci/kidung untuk pemujaan.
  6. Annasewa, Adalah Yajña yang dilaksanakan dengan persembahan makan kepada para tamu yang menghadiri upcara (Atithi Yajña).
  7. Nāsmita adalah Yajña yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.

Rumusan Panca Yajña dalam Kitab Hindu

1. Kitab Sataphata Brāhmana.

Dalam kitab Sataphata Brāhmana merumuskan tentang Pañca Yajña sebagai berikut:

  1. Bhūta Yajña yang dipersembahkan sehari-hari yang ditujukan kepada para bhūta.
  2. Manuṣa Yajña persembahan berupa makanan yang ditujukan kepada orang lain atau sesama manusia.
  3. Pitra Yajña adalah Yajña atau persembahan yang ditujukan kepada pada leluhur yang disebut swada.
  4. Deva Yajña persembahan kehadapan para dewa yang disebut Swaha.
  5. Brahma Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan mempelajari pengucapan ayat-ayat suci Veda.

2. Kitab Bhagavadgītā

Dalam Kitab Bhagavadgītā, Pañca Yajña dirumuskan sebagai berikut:

"Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantara mereka
dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya,
sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaanya yang keras,
dengan berlatih yoga kebathinan terdiri atas delapan bagian, atau dengan
mempelajari Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani"

Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña yang agak berbeda antara lain:

  1. Dravya Yajña adalah persembahan yang dilakukan dengan berdana punia harta benda.
  2. Tapa Yajña adalah persembahan berupa pantangan untuk mengendalikan Indriya.
  3. Yoga Yajña adalah Yajña persembahan dengan melakukan aṣṭāṅga yoga untuk mencapai hubungan dengan Tuhan.
  4. Swādhyāya Yajña yaitu suatu persembahan berupa pengendalian diri dengan belajar sendiri langsung kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Jñāna Yajña adalah Yajña dengan melaksanakan persembahan berupa ilmu pengetahuan.

3. Kitab Mānawa Dharma Śāstra

Mengajar dan belajar adalah Yajña bagi Brāhmana, Menghanturkan tarpana
dan air adalah kurban untuk para Leluhur. Susu adalah kurban untuk para dewa,
Persembahan dengan bali untuk para bhūta, dan penerimaan tamu dengan ramah
tamah adalah kurban untuk manusia’.

Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña adalah sebagai berikut:

  1. Brahma Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan belajar dan mengajar dengan penuh keikhlasan.
  2. Pitra Yajña adalah persembahan yang dilakukan dengan menghaturkan tarpaṇa dan air kepada leluhur.
  3. Dewa Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan menghaturkan minyak dan susu ke hadapan para dewa.
  4. Bhūta Yajña adalah persembahan yang dilaksanakan dengan upacara bali kepada para bhūta.
  5. Nāra Yajña adalah Yajña yang berupa penerimaan tamu dengan ramah tamah.

"Āhuta adalah pengucapan dari doa Veda, huta persembahyangan
homa, prahuta adalah upacara Bali yang dihaturkan kepada bhūta di
atas tanah, Brahmāhuta, menerima tetap Brāhmana secara hormat
seolah-olah menghaturkan kepada api yang ada dalam tubuh Brāhmana
dan prāśita adalah persembahan tarpana kepda para pitara."

Dalam śloka ini rumusan Pañca Yajña sebagai berikut:

  1. Āhuta adalah persembahan mengucapkan doa-doa suci Veda.
  2. Huta adalah persembahan dengan api homa.
  3. Prahuta adalah persembahan berupa bali kepada para bhūta.
  4. Brahmahūta adalah Yajña dengan menghormati Brāhmana.
  5. Prāśita adalah Yajña dengan mempersembahkan tarpana kepada para pitra.

"Hendaknya ia sembahyang sesuai menurut peraturan kepada Ṛṣi
dengan mengucap Veda, dengan persembahan yang dibakar, kepada para
leluhur dengan Śraddhā, kepada manusia dengan pemberian makanan
dan kepada para bhūta dengan upacara kurban."

Berdasarkan śloka di atas, rumusan Pañca Yajña sebagai berikut:

  1. Swādhyāya Yajña adalah persembahan berupa pengabdian kepada guru suci dengan mengucapkan Veda.
  2. Deva Yajña adalah persembahan dengan menghaturkan buah-buah yang telah masak kehadapan para dewa.
  3. Pitra Yajña adalah menghaturkan persembahan upacara Śraddhā kepada leluhur.
  4. Nāra Yajña adalah upacara memberikan makanan kepada masyarakat.
  5. Bhūta Yajña adalah upacara menghaturkan upacra Bali karma kepada para bhūta.

4. Kitab Gautama Dharma Śāstra

Dalam kitab Gautama Dharma Śāstra dijelaskan ada tiga pembagian Yajña sebagai berikut:

  1. Dewa Yajña adalah persembahan kepada Hyang Agni dan dewa Amodaya.
  2. Bhūta Yajña adalah persembahan kepada Lokapala (Dewa pelindung) dan kepada dewa penjaga pintu pekarangan, pintu rumah sampai pintu tengah rumah.
  3. Brahma Yajña adalah persembahan dengan pembacaan ayat-ayat suci Veda.

5. Lontar Korawāśramā

Nampaknya pada setiap sumber śāstra memiliki istilah dan rumusan sendiri tentang struktur dan isi komponen Yajña, walaupun esensinya sama. Dalam Lontar Koravāś Rāmā:

  1. Dewa Yajña persembahan dengan sesajen dengan mengucapkan Śruti dan Stawa pada waktu bulan purnama.
  2. Ṛṣi Yajña adalah persembahan punia, buah-buahan, makanan dan barang-barang yang tidak mudah rusak kepada para Mahā Ṛṣi.
  3. Manuṣa Yajña adalah memberikan makanan kepada masyarakat.
  4. Pitra Yajña adalah mempersembahkan puja dan Bali atau banten kepada pada leluhur.
  5. Bhūta Yajña adalah mempersembahkan puja dan caru kepada para Bhūta.

6. Lontar Singhalanghlaya

Rumusan Pañca Yajña yang ada dalam lontar Singhalanghlaya adalah sebagai berikut:

  1. Bojana Patra Yajña adalah persembahan dengan menghindangkan makanan.
  2. Kanaka Ratna Yajña adalah Yajña persembahan berupa mas dan permata.
  3. Kanya Yajña adalah Yajña dengan mempersembahkan seorang gadis suci.
  4. Brata Tanpa Samādhi adalah Yajña dengan melaksanakan tapa, brata, yoga, dan samādhi.
  5. Samya jñāna adalah Yajña persembahan dengan keseimbangan dan keserasian.

7. Lontar Agastya Parwa

Rumusan Pañca Yajña yang terdapat dalam lontar Agastya Parwa, paling sesuai penerapannya di Indonesia. Dibandingkan dengan rumusan-rumusan yang ada pada śāstra-śāstra di atas.

Adapun rumusan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Dewa Yajña persembahan dengan minyak, biji-bijian kepada dewa Śiwa dan dewa Agni di tempat pemujaan dewa.
  2. Ṛṣi Yajña adalah persembahan dengan menghormati pendeta dan dengan membaca kitab suci.
  3. Pitra Yajña yaitu merupakan upacara kematian agar roh yang meninggal mencapai alam Śiwa.
  4. Bhūta Yajña yaitu persembahan dengan menyejahterakan tumbuh-tumbuhan dan dengan menyelenggarakan upacara tawur serta upacara Pañcawali Krama.
  5. Manusia Yajña adalah upacara/persembahan dengan memberi makanan kepada masyarakat.

Sekian artikel kali ini mengenai Materi Yadnya Dalam Ramayana, semoga bermanfaat. Jika kamu merasa terbantu, jangan lupa tinggalkan like dan share ke teman-teman kamu agar kita semakin semangat dalam memberikan materi lainnya.



Referensi : Buku Paket BSD Kelas 10 SMA Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel