April; Ketika Hujan dan Rindu Melebur Menjadi Satu.
Rabu, 09 September 2020
Rabu, 09 September 2020
Sajak
April; Ketika Hujan dan Rindu Melebur Menjadi Satu
Teruntuk kamu; pemberi rindu.
Terimakasih untuk semua rasa luka dalam rindu yang selalu kau berikan.
Rindumu mengajarkanku tentang nikmatnya sebuah luka.
Kita bukan orang yang mengakhiri hubungan terlalu cepat,
Tapi kita hanya terlalu terburu buru untuk memulai.
Tepat hari itu, satu hari dibulan April, senja yang sebelumnya
Mempertemukan kita sekarang menjadi alasan kita berpisah.
Aku tak pernah menyangka akan sesakit ini,
Kukira cinta akan selalu menang.
Aku yang mengucapkan selamat tinggal tapi tidak bisa pergi
Aku yang dulu tahu dirinya akan terluka namun
Tetap sengaja bertahan memperjuangkan.
Tapi setidaknya kita sempat bahagia bersama,
meski akhirnya saling melupa
Ah, ingin aku menyapamu seperti dulu dulu
Tidak seperti sekarang,
Ada jarak yang terus menjauhkan kita aku dan kamu.
Dan kini biar aku saja yang tetap menanti
Karena sekarang aku paham terkadang,
kau tak perlu sendiri untuk merasa kesepian.
Aku sadar, luka lahir dari harapan-harapan kecil yang dilambungkan terlalu tinggi.
Tapi, setelah banyak hal yang terjadi pada kita, aku belajar bahwa;
Padamu, aku tetap sesayang ini meskipun cinta semenyakitkan itu.
Aku memang bukan penikmat kopi,
Karena hanya dengan mengingatmu saja,
Aku sudah kehilangan rasa kantukku.
Aku yang dulu sangat mencintaimu, dan sekarang pun masih seperti itu
Namun dengan cara yang sedikit berbeda.
Kepada setiap pernah yang selalu hadir dalam setiap sesalku tentang kita, terimakasih.
Suatu saat nanti ketika kamu lelah dan ingin beristirahat,
Datanglah kemari, karena akan selalu ada tempat untukmu disini.
Terimakasih untuk semua rasa luka dalam rindu yang selalu kau berikan.
Rindumu mengajarkanku tentang nikmatnya sebuah luka.
Kita bukan orang yang mengakhiri hubungan terlalu cepat,
Tapi kita hanya terlalu terburu buru untuk memulai.
Tepat hari itu, satu hari dibulan April, senja yang sebelumnya
Mempertemukan kita sekarang menjadi alasan kita berpisah.
Aku tak pernah menyangka akan sesakit ini,
Kukira cinta akan selalu menang.
Aku yang mengucapkan selamat tinggal tapi tidak bisa pergi
Aku yang dulu tahu dirinya akan terluka namun
Tetap sengaja bertahan memperjuangkan.
Tapi setidaknya kita sempat bahagia bersama,
meski akhirnya saling melupa
Ah, ingin aku menyapamu seperti dulu dulu
Tidak seperti sekarang,
Ada jarak yang terus menjauhkan kita aku dan kamu.
Dan kini biar aku saja yang tetap menanti
Karena sekarang aku paham terkadang,
kau tak perlu sendiri untuk merasa kesepian.
Aku sadar, luka lahir dari harapan-harapan kecil yang dilambungkan terlalu tinggi.
Tapi, setelah banyak hal yang terjadi pada kita, aku belajar bahwa;
Padamu, aku tetap sesayang ini meskipun cinta semenyakitkan itu.
Aku memang bukan penikmat kopi,
Karena hanya dengan mengingatmu saja,
Aku sudah kehilangan rasa kantukku.
Aku yang dulu sangat mencintaimu, dan sekarang pun masih seperti itu
Namun dengan cara yang sedikit berbeda.
Kepada setiap pernah yang selalu hadir dalam setiap sesalku tentang kita, terimakasih.
Suatu saat nanti ketika kamu lelah dan ingin beristirahat,
Datanglah kemari, karena akan selalu ada tempat untukmu disini.
Aditya Januardi
28 November 2017